Senin, 22 November 2010

Sajak sayap patah

yang telah memvonis realisku
untuk menanjak jauh, terbang bersamanya.

hanyalah sebuah dengkuran, membuai langkah menghela gerah dan
aku terhuyung jatuh.

sajak-sajak sayap patah
kemana aku akan berlabuh ?............

Senin, 18 Oktober 2010

hanya tak mudah bagiku, tentang

semburat senumm, mendatang dalam mimpi biru
tentang mimpi itu kau yang yang lelap tanpa bayang ada

tentang itu, ketika kaumengecup bibirku sebagai tanda terakhir kau mati.

aku dan tentang waktu itu.

Kamis, 16 September 2010

buram

segala ada
untuk neraka yang lahir esok
mengguncah dahaga dalam dermaga.

Jumat, 16 Juli 2010

Gemuruh

dari telinga kiri, angin yang kencang
bergumpal awan hitam
kemilau yang sesekali menyambar dengan suara besar,
mataku, mata hari, atau matamu
yang kuramal dalam mimpi, jajaran nisan.

gemuruh datang menyapaku
hanya kunang-kunang, kado itu

dan rintik air mata, tak ada lagi dzikir
semua bisu, malaikat terbelenggu

dan di manakah tuhan?

hanya pencarian air hujan
debu terhapus, riam menyapu

dan aku dimana?

hanya arus yang penuh dengan karang
deras terhempas, hanyut menepi

hanya kelokan, ada terarah
selamat atau tertanam?

tuhan ada di mana?

hanya desah, khayalan itu.

Selasa, 15 Juni 2010

angin candi

-yang ku cari dari mu-

hanya sosok belur yang menghijau lelumutan
tak sedikitpun relung dindingmu jatuh dari hati ini
menyesat jauh dalam fragmen relief, dan hujan menerpa

seperti hari kemaren, kau memelukku, menciumku
teramat sangat, dan bias hari ini.

Jumat, 14 Mei 2010

Personal

dengan bibirmu, mimpiku mengecup segala helai bidadari menyengat dan menyesat
lewat sintemen bibirmu aku ocehkan segala kata carut dan marut
kita perang dalam air bibirmu dan bibirku mengeces dan berkecup

gemulai bibirmu mengundang sahwat para pelawan pahala

lelap dan gelap menghampiri relung benih yang keruh
lelap dan gelap bartautan dalam histeris blues

hahahaha...........
yang kau kirim lewat sms
personal sahwatku.

Kamis, 22 April 2010

Lentera Sang Bingkai

yang tertata rapi di atas lemari masa lalu
membeku buram bak bias cinta kita,
putus karna kesalahan.

yeng berjajar di selah mataku
dia, dia yang lelap kecut bak mataku mataku yang semakin rabun
tua karna waktu

yang menepis, yang bekam, bahkan mendengkur
karna tervonis alam tentang kau dan aku terbatas garis hati

hanya bingkai yang kusiapkan dari photo kita
lalu, kini...

"Perpisahan."

itulah yang kuteriakan

sang bingkai album kelanaku....

Alek Brawijaya
sekayu, 2010

Senin, 05 April 2010

Luka Masa Lalu


jarijari terik matahari lelap bak temaram
pelana melembab kabut sembilu
luka menggores debu dan mengental dendam
dalam lugu yang berdiri rapuh

sayatan fragmen awan

Sabtu, 03 April 2010

Bekam


lelah,
matahari telah disemai oleh gelasgelas awan hitam yang pecah dan derai di dalam-Nya.

Alek Brawijaya wish all better
2010, sekayu

Minggu, 28 Maret 2010

Seperti Dewa


seprti dewa menunggu perintah
menelan setiap sudutsudut pojok
gerah dan pasrah, hanya takdir.....

seperti dewa yang merencanakan wahyu
tanpa doa dan tindakan sesembah
terserah dan sudahlah

seperti dewa hidup dalam kesendirian
layu dan sayu

seperti dewa........

Alek Brawijaya, Maret 2@1@
Sekayu.....

Rabu, 24 Maret 2010

Munafik



kerlingan gelang yang menghiasi kakinya
menyeret segelintir jejak yang tak tahu induk

Sekayu,
Alek Brawijaya..2010

Sabtu, 13 Maret 2010

Senandung Mimpi



di batas mata yang penuh dengan doa
menghujat gambar afoerisma
melukis mata air

ricikricik bergema halus setulus dzikir suci
peminta dan pemberi bermain dawai alam
melenting suara angin tenang laksana ku brdiri dalam soraga-nya
dan malaikat menghadirkan seribu bidadari yang membawa cadar ta'aruf-Nya

hah, terlalu deras telaga mimpi ini
kutahu sulit dan akan panjang perjalanan ini
sedangkan mata ini sayu dan hampa
tak ada puncaknya sama sekali

Kamis, 11 Maret 2010

Bingung

tiada henti hari bergema seakan menyihir akhwat dan sarap matahari

jejakjejak berubah menjadi kerak yang berakar
menghalau garis lurus yang tepat bahkan cepat menjadi sangat lambat

relung pikir berputar seakan menolak dan pertanyaan pun mengapung
"apakah tinta telah tercoret dan menjadi tita dan dia tebarkan secarik kehidupan yang beda?"

wah,
jangan sampai membuat aku berpikir sekali lagi
tentang matahari yang terbit dari timur
aku mau dimana........?

Harap yang Tak Perlu

jauh lebih lelap wajah sang bunga
semua pergi, harum dan keindahannya

tiada lagi setangkai daun yang memberikan insan pelengkap
mata pun tak berkelopak, saat memutar kembali ingatan
hanya temaram yang berpusar di mataku
tak berdanya aku memikul taman buram tanpa sehelai pun benang sari pengikat kita
walau telah aku berikan putik saat itu
kau tak sedikitpun memberikan aku peranakan
yang mungkin bisa nantinya ku nobatkan sebagai pegantimu

tak tahu dimana kamu sekarang
aku hanya bisa berharap semoga kita bisa memupuk bunga di taman hati lagi
itu aja.........

Rabu, 27 Januari 2010

Album Kelanaku (Bekam)

kelambu malam menyerak dalam mimpiku
berhias bintangbintang api yang mekar dengan gelora gairahnya

melikat terbelenggu dalam sangkar bekamku
menangis dan membaca mantra sambil melirik airmata yang membuah prajurit
itu semua percuma karna telah lepas tak ada ujungnya
dan matahari telah padam

terseret, terhempas, dan terbuang bahkan hilang
malaikat cahaya mulia.

Jumat, 22 Januari 2010

Album Kelanaku (derai mawar)

derai-derai mawar yang jatuh di atas album kelanaku
selama itu kunang-kunang yang berasal dari kukuku orang yang telah mati
hadir dalam bayang yang terselimut oleh batu tahunku

hembusan tak henti menyapa daun telingaku
mereka bilang mawar itu tak butuh kau yang mengeras menjadi es batu
yang hanya bisa berkedip di atas bibir gemanya....

memang sengaja jurang ku lekungkan dan berkabut

target,
hanya satu anak panah yang ku genggam
dan semua itu telah menembus hatiku sendiri
termasuk jua album yang telah dihiasi oleh mawar itu

berilah aku getar yang menari dalam lambaian mimpi..

aku serak dengan semua, bukan hitam melainkan merah dan putih.

Selasa, 12 Januari 2010

Pelangi dalam Bias Tangan

masih terlalu kecil tanganku ini mencari kerikil yang teramat sangat lekat
langkah kakiku pun belum jauh melangkahi pelangi yang kami bicarakan saat di atas atap

kau masih samar ketika kau pergi meninggalkan kampung yang rapuh tak tahu renopasi
merpati pun tak kunjung datang kepadaku membawa angin dari sisasisa suaramu

panas dan hujan mengejekku memberi embun yang sangat rimbun dalam musimnya
tak ada bayang, tak ada gambar, tak ada suara, dan tak ada kamu dalam kabut itu
"semuanya palsu." tolakku

mungkin perlu berpikir kedua kali agar aku memperoleh dirimu dan gengaman serta langkah
kau yang memberikan aku penggali dari album yang telah lama terkubur
dan kau yang memberikan aku bingkai untuk menghiasi album shabku

setelah kupikirkan kau hanya cukup memberiku pundak dan seterusnya biar aku yang memikulnya

ingin ku bekam dirimu agar kau tak lagi hadir dalam mimpiku
kau luka, dan gairah dalam sahwatku.

Sekayu, 2010