Jumat, 13 November 2009

Muci

dengan desah

ia lenyap diujung muara jeregong
terisak jeritan kalah
bergema sangat lara

kaki sungai tak menepi lagi
pergi mendengus penuh kepasrahan
yang hanya menyisahkan ayam betina

Kamis, 05 November 2009

sajak pengakuan mantan sang pencuri jalanan tentang sang koruptor

waktu masih bermain petak umpat
di pasar itu aku melihat sendiri wajah bayangan dekat jalan
gerak tangan lapar sambil meminta di atas trotoar
aku terpejam dan menghela napas- napas,
jantung, keringat, getaran tubuh, mata, dan mulut.

perlahan dia berbisik di telinga kiriku
"malaikat-malaikat telah dibelenggu
tak perlu bicara
waktu itu ada di dalam koper"

sedikit samar tubuhku merunut pengendara mersi sang koruptor
diapun keluar menyemaikan kopernya
yang berisi dosa

dengan gontai tubuhku menerpa setiap sudut mata para massa

aku takut,
mencari sesuap nasi, mencuri dan mati
sedangkan dia,
mencari tambang emas, mencuri dan membeli mati

wahai roh-roh jalanan, lindungilah aku
dan bisikanlah sekali lagi di telingaku

nemun kenyataan telinga kananku yant menyeru
agar urung melakukan akrobatku

dia berkata
"kembalilah ke fitrah, laksana terlahir kembali sebagai insan mulia,
ada jalan didepan. suatu rumah yang di bawahnya mengalir air
yang sangat jernih dan setiap sudut ranjang ada bidadari
yang menemani dan memenuhi hasyratmu"

saat itu suara adzan menyeru di telingku
insanku gemilau
mataku binar
hatiku tergugah
bersama dentungan angin
yang kembaki ke praduan rel surga

sekayu damai
2009

21

dari muka gubuk terlihat fargmen awan
ketika menengada dengan keajaiban jalan

sebuah lukisan hidup yang tak begitu redup namun sayup

tergores sendiri
dan tersapu angin riam

serdadu kehidupanku bermain nyata
dan timbul terapung
serta hanyut dalam aliran sungai

semua terjadi beriringan waktu
21 berikan keramat di depan mukaku

sekayu damai
2009